JAKARTA “tabloidnusantara.com” – Pengamat masalah Papua Adriana Elisabeth setuju dengan keputusan Pemerintah Daerah (Pemda) Papua yang siap memberikan mahar berupa uang tebusan Rp 5 miliar kepada kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam penyelamatan Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Merthens. Pemberian uang dinilai bukan tanda menyerah kepada kelompok separatis. “Tawaran uang bukan tanda menyerah, tapi satu cara untuk membujuk KKB mau melepas sandera,” kata Adriana kepada Medcom.id, Sabtu, 1 Juli 2023.
Sesuai yang dikutip dalam media online medcom.id, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu mengatakan istilah teroris pada KKB masih bermasalah. Menurut dia, KKB lebih tepat disebut kelompok perlawanan atau pemberontak bersenjata. “Jadi, bisa saja Polda Papua bernegosiasi dengan cara menawarkan uang tebusan,” ungkapnya.
Menurut Adriana, pemberian uang tebusan tidak masalah. Itu menjadi salah satu cara menyelamatkan Pilot Susi Air. “Persoalannya apakah KKB mau menerima tawaran itu. Kalau senjata dan kemerdekaan tidak akan dipenuhi,” ucap dia.
Adriana tak memungkiri pemberian uang kepada KKB akan menjadi preseden buruk. Namun, dia tak yakin KKB menerima tawaran Pemda Papua yang hanya mengabulkan permintaan uang Rp5 miliar. “Bisa saja jadi preseden tapi seperti saya sampaikan belum tentu KKB mau terima tawaran uang,” kata Adriana.
Pimpinan KKB Egianus Kogoya memberikan sejumlah syarat untuk membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu. Dia meminta uang Rp 5 miliar, senjata api, hingga kemerdekaan Papua. Egianus memberikan tenggat waktu hingga hari ini Sabtu, 1 Juli 2023. Bila tak kunjung diberikan, dia mengancam akan menembak mati Philip.
KKB menyandera pilot Susi Air Philip Methrtens sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di Paro, Kabupaten Nduga pada 7 Februari 2023. Selain menyandera Philip, kelompok Egianus membakar pesawat yang dibawa Philip.