Jika melihat sepak terjang Pasukan Tengkorak di Intan Jaya, kiranya sangat wajar masyarakat menolak kepergian mereka. Sejak menginjakkan kaki di Intan Jaya, Pasukan Tengkorak telah berhasil merebut hati masyarakat dengan berbagai program teritorial yang digalakkan. Selama bertugas di Intan Jaya, Pasukan Tengkorak menunjukkan kemampuannya meredam keganasan KKB. Tapi mereka juga membangun berbagai fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat.
Dahulu Intan Jaya merupakan salah satu wilayah yang masuk kategori krisis air bersih. Masyarakat di sana selama ini harus berjalan jauh menembus hutan lebat dan jurang terjal demi mendapatkan air bersih. Tapi kini air bersih sudah tersedia di kampung-kampung, Pasukan Tengkorak tanpa kenal waktu membangun berkilo-kilo meter jaringan pipa untuk mengalirkan air dari sumber di dasar-dasar jurang ke perkampungan melalui Program TNI AD Manunggal Air.
Pasukan Tengkorak juga telah membangun berbagai fasilitas bermain dan merenovasi sarana pendidikan serta membangunan dan memperbaiki tempat-tempat ibadah. Bahkan kini masyarakat juga dapat menikmati fasilitas penerangan dan menjalankan roda perekonomian setelah digencarkan program borong hasil bumi untuk meringankan beban hidup masyarakat karena kesulitan menjual hasil bumi yang mereka tanam.
“Kami di sini bekerja dengan hati. Kami menjadikan dan memperlakukan mereka sebagaimana layaknya saudara bagi kami. Kami mengerti bagaimana susahnya mereka. Jauh berbeda dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan. Harga-harga di sini mahal-mahal, sementara akses logistik sangat bergantung pada ketersediaan pesawat. Pesawat pun terbangnya tergantung cuaca. Papeda bukan lagi makanan utama. Semua makan nasi. Semua butuh beras, ikan, minyak dan lain sebagainya. Semampu kami, selama sembilan bulan lebih di sini, berusaha membantu kesulitan mereka. Ini bukan mengada-ada. Ini kewajiban kami, yang tertuang dalam Delapan Wajib TNI,” pungkas Raja Aibon Kogila.