Masyarakat menolak Raja Aibon Kogila dan Pasukan Tengkorak untuk pergi meninggalkan Intan Jaya karena pasukan elite Divisi Infanteri I Kostrad itu, telah banyak berjasa membangkitkan kembali kehidupan masyarakat yang selama beberapa tahun terakhir sempat lumpuh, mati suri akibat teror gangguan keamanan yang dilancarkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Masyarakat juga khawatir sepeninggal Pasukan Tengkorak, prajurit TNI dari satuan lainnya yang menggantikan Yonif PR 305/Tengkorak, tak bisa melanjutkan berbagai program kemasyarakatan yang telah dirintis sebelumnya.
“Selama bapak-bapak tugas di sini, belum saya bicara. Saya bicara di sini, kami sama-sama masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, tokoh kerja, ASN, kami sama-sama selalu. Berapa tahun, berapa bulan tugas di sini, sangat luar biasa. Karena banyak orang yang Bapak pernah selamatkan. Membantu kami masyarakat di sini, di masyarakat. Sehingga saya bersama masyarakat, bahwa untuk menggantikan tugas tiap TNI Polri yang akan datang, sama. Bersifat sama seperti yang Bapak di sini. Itu yang kami minta. Jangan sampai beda. Karena orang dis ini tidak mengenal situasi lain-lain. Semua mereka tidak tahu kehidupan kebudayaan-kebudayaan, mereka tidak tahu, sehingga langsung diancam, ini kami takut. Jadi kalau bapak-bapak pindah, tolong hal ini didokumentasikan supaya mereka akan melanjutkan seperti bapak-bapak yang melakukan dengan kami yang di sini,” ucap Yohanes Sani, tokoh masyarakat jemaat Gereja Tanah Putih.
Menanggapi permintaan masyarakat, Wakil Komandan Satgas Yonif PR 305/Tengkorak, Mayor Inf Anjas menenangkan masyarakat yang mulai dilanda keresahan akan ditinggalkan Pasukan Tengkorak. “Masyarakat butuh apa, datang ke Pos, minta apa sampaikan. Masyarakat minta dibangunkan apa, datang, kita bangunkan kayak di Mamba Bawah, Sambili, Amaesiga, Tanah Putih. Kan kita bangun semua. Mau lampu, air, taman bermain anak-anak, semua, tempat olahraga, jadi kita mau bikin. Kita ini sama-sama semua. Karena kita Tentara ini, ya semua sama-sama dari masyarakat juga. Kita juga seperti masyarakat biasa. Makanya tidak mau kita buat, seolah-olah Tentara itu sebagai penguasa di sini. Masyarakat juga tidak, karena kita sama-sama. Tentara ini berasal dari masyarakat biasa. Makanya kita di sini mencoba membaur. Kita berusaha membuat Intan Jaya ini aman, damai, sejahtera,” ucap Mayor Inf Anjas.
READ ALSO : PERKETAT JALUR TIKUS BATAS RI-PNG, YONIF 132/BS TEMUKAN 20 PAKET GANJA SELUNDUPAN