“Setelah itu cetak UV-nya dan magnetik agar lolos dari mesin (cek upal),” tambahnya.
Syahruna melanjurkan, pertama pembuatan uang palsu, ia dan kawan-kawan tidak memproduksi banyak.
Awalnya hanya ada satu rim atau 500 lembar uang palsu.
“Sedikit dulu karena itu butuh proses,” katanya
Syahruna mengaku dari 200 lembar komplotannya mampu memproduksi uang palsu sebanyak Rp 100 juta.
Sedangkan bahan-bahan sebelumnya sudah disimpan digudang. Lokasinya berada di lantai dua gedung perpustakaan.
Syahruna menjelaskan, semua bahan berasal dari China.
“Pesan di China semua,” pungkasnya.
Tepatnya berada di lantai bawah dekat sudut kamar mandi yang sengaja disekat untuk menaruh mesin pencetak.
“Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup,” lanjutnya.
Syahruna menguraikan, produksi uang palsu dimulai dari jam 11.00 menjelang siang hingga 17.00 sore.