JAKARTA, “TABLOIDNUSANTARA.COM” – Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan Lonjakan nilai ekspor mencatat penerimaan bea keluar (BK) melesat 868,61% dari tahun lalu, penerimaan dari bea keluar sepanjang Januari-Oktober sebesar Rp 4,07 triliun.
Lonjakan nilai ekspor yang didorong oleh kenaikan harga komoditas serta permintaan luar negeri ikut mendongkrak penerimaan negara dari sisi kepabeanan. Pada periode Januari-Oktober 2021, nilai tersebut bertambah Rp 750 miliar dibandingkan capaian tahun lalu yang hanya sebesar Rp 470 miliar, serta tahun 2019 sebesar Rp 580 miliar.
Pertumbuhan ini tercatat, untuk penyumbang utama bea keluar ini dari ekspor kelapa sawit dan turunannya serta tembaga dimana pertumbuhan akumulatifnya melonjak sangat tinggi sejak bulan Maret yang lalu, kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTA edisi November.
Badann Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor bulan lalu US$ 22,03 miliar, naik 6,89% dibandingkan bulan sebelumnya atau 53,35% dibandingkan Oktober tahun lalu.
Terdiri dari beberapa, komposisi ekspor RI kenaikan tertinggi pada komponen ini yaitu pada ekspor minyak kelapa sawit yang melesat 76,54%, Akumulusi sebesar 73% dari total ekspor, dengan pertumbuhan 36,5% secara tahunan.
“Selain itu juga dari sektor pertambangan yang mengalami kenaikan dari bulan lalu mencapai 20,11% dibandingkan September bahkan 190,57% dibandingkan Oktober 2020. Selain batu bara dan lignit, komoditas yang mencatat kenaikan tertinggi pada ekspor biji tembaga 55,72%.
Kenaikan impor juga mendorong penerimaan dari bea masuk ikut naik. Sri Mulyani mencatat penerimaan bea masuk hingga Oktober mencapai Rp 3,27 triliun. “Realisasinya naik 54,12% dari tahun lalu, tapi masih lebih rendah dari capaian tahun 2019 sebesar Rp 3,31 triliun.
Selain ekspor, BPS juga mencatat kinerja impor naik 0,36% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 16,29 miliar. Secara tahunan impor naik 51,06%. Dan Penerimaan dari Pajak Penghasilan (PPh) 22 impor sepanjang Januari-Oktober 2021 tumbuh 21,6% secara tahunan, pembalikan setelah terkontraksi 45,3% pada periode yang sama tahun lalu.
Dengan membaiknya kinerja bea masuk dan keluar tersebut, Sri Mulyani mencatat penerimaan negara dari kepabeanan dan cukai hingga Oktober mencapai Rp 205,78 triliun. “Nilainya naik 25,47% dari tahun lalu, dan sudah mencapai 95,73% dari target penerimaan tahun ini.
“Kalau dilihat bea masuk terlihat sekali momentum kenaikan makin bulan makin melonjak,” kata Sri Mulyani.
Selain disumbangkan penerimaan bea masuk dan bea keluar, penerimaan kepabeaan dan cukai sebagian besar disumbangkan oleh penerimaan cukai. Adapun penerimaan cukai tumbuh 10,3% dari tahun lalu.