“Kertajati kan beban kami dan kami akan terus berusaha mengembangkan Kertajati. Karena di sana jelas ada kawasan Rebana (Ciayumajakuning). Jauh sih memang, tapi kita bisa pikirkan transportasinya,” ujar dia.
Namun, ketika ditanyakan apakah adanya ketidaksepahaman ini karena masalah ego sektoral, Bey menampik hal ter,sebut, mengingat menurutnya hal ini juga karena Kertajati belum bisa memenuhi jumlah penerbangan yang dibutuhkan.
“Sekarang kita mending bersama-sama pecahkan solusinya seperti apa dan idealnya kan memang kerta jati untuk umroh dan haji, atau bagaimana seperti penerbangan luar negeri misalnya ya jadi kita bersama-sama tidak perlu berdebat lagi di publik,” ujarnya.
Dalam isu pengaktifan kembali Bandara Husein Sastranegara, Bey mengajak semua pihak untuk bersama-sama berdiskusi guna menentukan bagaimana ke depan yang terbaik untuk Jawa Barat, karena Jabar bukan hanya Bandung, tapi ada kawasan Ciayumajakuning, Priangan, Purwasuka, Bogor Raya, dan sebagainya.
“Jangan hanya kepentingan karena alasan ada satu tempat menjadikan tempat lain jadi sepi, apakah memang seperti itu? Kita bersama-sama lah berpikir,” ucapnya.
Ke depan, kata Bey, pihaknya akan meminta perguruan tinggi untuk melakukan survei dari kajian pariwisata, serta dari sisi pengusaha bagaimana.
“Bagaimana cost-nya. Intinya Pemprov akan lebih melibatkan Hipmi juga dalam kebijakan-kebijakan dan meminta pendapat mereka dari sisi dunia usaha seperti apa Agar berjalan beriringan. Kadang-kadang kalau pengusahanya maju masyarakat juga akan maju, karena banyak pekerja yang juga akan dilibatkan,” tuturnya.