CONNIE RAHAKUNDINI : DARURAT OPERASI MILITER SOLUSI TERBAIK LINDUNGI PAPUA

0
994

“Kita tahu perbatasan Papua Nugini dan Papua ini kan perbatasan darat yang panjang. Ini menurut saya harus dipikirin, nggak boleh main-main, termasuk menggunakan private company. Mau pakai wagner kek, atau siapa pun,” kata Connie Rahakundini kepada Forum Keadilan, Kamis, 6/7/2023.

“Kalau sudah perlu why not? Karena buat saya kita nggak boleh membiarkan prajurit kita terombang-ambing terlalu lama,” imbuhnya. Connie menuturkan fakta sejarah operasi militer pernah dilakukan di Indonesia dan terbukti efektif dalam menumpas kelompok separatis. Keppres Darurat militer di Aceh itu ditandatangani Presiden RI ke-5, Megawati, pada tanggal 19 Mei 2003.

Penandatanganan perjanjian kerja sama pertahanan bilateral baru antara Amerika Serikat dan Papua Nugini. (dip.or.id)

READ ALSO : PERKEMBANGAN UPAYA PEMERINTAH DAN LEMBAGA YANG BERKEPENTINGAN DALAM PEMBEBASAN PILOT SUSI AIR

Darurat militer yang berlangsung sekitar satu tahun itu diberlakukan untuk melawan  Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Operasi merupakan operasi militer terbesar Indonesia sejak Operasi Seroja di Timor Timur (kini Timor Leste) pada tahun 1975.

“Papua pendekatannya dua hal. Pertama militer. Belajar dari Bu Mega, GAM itu operasi penuh militer dan itu diputuskan dengan sebuah keppres (keputusan presiden) yang jelas. Kenapa itu perlu? Jadi tentara itu tahu, dia itu punya kekuatan di lapangan,” terangnya.

Selain kekuatan militer, pendekatan lain yang harus dilakukan pemerintah di Papua menurut Connie adalah menggunakan ilmu sejarah dan sosiolog. Ia mencontohkan VOC saat Perang Aceh mampu menang dan membuat banyak ratu-ratu Aceh dan kesultanan kehilangan kekuasaan. “Hanya karena perspektif Islam melihat kepemimpinan perempuan, di balik. Kenapa kita nggak bisa melakukan hal yang sama,” kata Connie.

Lebih jauh Connie menekankan bagaimana arsip sebagai bukti sejarah menjadi kekuatan. Adu persepsi dalam hal ini menjadi tolak ukur dalam membuat Papua kembali damai. Conny mengemukakan Pepera yang berlangsung tanggal 14 Juli 1969 sebagai titik bergabungnya Papua ke Indonesia sebagai contoh. Banyak masyarakat Papua disebut Connie yang membicarakan Pepera, namun tak mengetahui jelas peristiwa itu. Banyak anak-anak muda Papua yang percaya bahwa di masa silam orang tua mereka disakiti dan dipaksa tanda tangan.

“The story is not like that. Ada jelas-jelas Pepera itu di Arsip Nasional. Siapa yang menjemput juga dari UN. Makanya keluar resolusi PBB. Nah ini tuh mesti diaktifkan disosialisasikan, jadi kita tuh jangan kalah. Dunia dalam tahap perang persepsi. Jadi kalau lawan menciptakan persepsi, kita harus lawan persepsi itu,” imbuh Connie meyakini darurat militer yang cepat dan tegas, serta dilanjutkan pendekatan keilmuan dan sejarah akan membuat Papua terbebas dari gerakan separatis.

Seperti diketahui, gangguan keamanan hingga kini masih terus terjadi oleh kelompok kriminal bersenjata. Terbaru KKB dilaporkan melakukan serangan di Titigi Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Selasa, 4/7/2023. Kontak senjata terjadi antara aparat TNI dengan KKB. Dua personel TNI dari Yonif PR 330/TD dikabarkan mengalami luka tembak.

Selain itu, TPNPB-OPM juga masih menyandera pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, sejak Februari 2023 lalu. Pemerintah melalui Menko Polhukam Mahfud Md mengatakan, Philip harus bisa diselamatkan dan proses negosiasi tak boleh melibatkan pihak asing.

Adapun Panglima TNI Laksamana Yudo Margono usai pertemuan dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Istana Wapres, Selasa, 4/7/2023, mengatakan membuka ruang negosiasi untuk keselamatan Philip Max

READ ALSO : KAPOLDA PAPUA AKUI KKB PIMPINAN EGIANUS KOGOYA TAK PERNAH MINTA UANG TEBUSAN

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini